Sadgenic & Dear Zarry's

23.47

Ada seorang musafir berteriak dari kejauhan,
"Kau tak punya pintu hati.."
Wahai musafir, aku punya, dan pintuku terbuka, selalu terbuka.
Namun ia terletak di balik terjal dan tebalnya dinding.

Aku sendiri yang membangun tembokku terlalu tinggi, terlalu kokoh.
Terperangkap aku dalam sepi yang kubangun sendiri.

Aku bertanya-bertanya, apakah kau musafir yang hanya akan berhenti sejenak dan berlalu seperti angin atau mencoba memanjat dinding dengan tangan sendiri untuk masuk ke kuil hati?

 Karena aku ada disini, berdiri tepat dibelakang pintu yang kau cari.
Bersiap menyambutmu, yang mana setiap langkahmu terdengar,
parasmu selalu membuatku gusar.

Disini, aku siap diselamatkan. Lalu setelahnya,
mari kita terpenjara berdua.
Dalam rasa.

Selamanya...

Yap, puisi diatas adalah satu dari puluhan puisi di buku Sadgenic.
Khusus puisi ini saya beri bintang 5 untuk isinya. Nampol banget.
Postingan kali ini berisi tentang review buku yg laris manis dipinjem teman sejahwat saya. Sadgenic dan Dear Zarry's.
Baru kali ini, punya buku yang disukain seluruh kalangan.
Anak sekolah, kuliahan, bahkan tante-tante.
Berisi tentang patah hati, menunggu, harapan palsu, jatuh cinta, ldr dan berbagai hal lainnya jelas sangat mewakilkan jutaan pasang hati diluar sana. Dibiusnya kita para pembaca yang pengen cepet ngerti lautan kata mba Rahne dan mas Zarry ini. Ketawa-sedih-tertekan-miris-ketawa lagi udah jadi rute tetap kalau ngebaca 2 buku yang (katanya) sudah dinikahkan penulisnya.
Ditambah adanya ilustrasi dibeberapa halaman juga bikin makin mantep.
Ga pernah nyesel udah menyisihkan uang jajan sekolah untuk mendapatkan 2 buku ini. Ya, mama saya tidak pernah menyukai anaknya ini membaca buku selain buku pelajaran.
So, yang belum baca. Buruan beli.


From left: Sadgenic by Rahne Putri - Dear Zarry's by Zarry Hendrik.

You Might Also Like

0 komentar