Obrolan receh, katanya..
20.45
| Sebaik-baik kawan ialah mereka yang menambahkan ilmu kamu oleh percakapannya |
Beberapa orang mungkin merasa terganggu ketika memiliki banyak teman. Beberapa orang mungkin tak nyaman dengan lingkup sosial yang terlalu luas. Atau mungkin beberapanya, merasa tak senang ketika berada di dalam sekumpulan orang-orang. Dan mungkin sisanya, merasa tak senang ketika harus terlalu banyak bicara.
Rasanya hal tersebut sangat tidak mencerminkan sosok diriku. Bagaimana tidak, meskipun sosok (yang katanya terlihat) pendiam tidak menjadikan diriku seseorang yang antisosial. Karena seharusnya memang tidak boleh atau bahkan jangan sampai semua itu benar-benar terjadi. Untuk sebuah bukti, mari kujelaskan dengan banyaknya grup yang kumasuki untuk menjadi bagian terkecil dari sebuah kumpulan. Adapun memang kelompok pembicaraan itu mewakilkan organisasi, kelompok program kerja, mentoring, kelas perkuliahan, pertemanan maupun grup-grup receh yang berisikan obrolan-obrolan tak ada habisnya untuk dibahas.
Bagiku, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang tugas perkuliahan, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang cafe-cefe terbaru yang layak untuk didatangi, rasanya terlalu klise untuk selalu berucap kata rindu tetapi tak ada usaha untuk kapan harus membayar utang pertemuan.
Sekali lagi. Klise.
Harus diakui, letak obrolan dari grup receh ini memang menjadi penawar dari segala ke-klise-an yang ada.
Ketika saling bertatap muka, kami selalu membahas hal-hal terkecil, hal-hal tak penting dan bahkan hal yang seharusnya tidak perlu untuk menjadi sebuah sub topik tetapi masih berlanjut sampai bercabang menjadi obrolan ke arah yang benar-benar berbobot. Tiap-tiap topik yang dibahas sebisa mungkin mendapat pecahan solusi, atau minimal, sebuah penutup ringan yang memang pantas untuk menjadi sebuah pengakhir pembicaraan. Dari obrolan receh tersebut kami bisa melanjutkan ke arah yang positif. Meski kami memiliki pemikiran yang berbeda-beda, toh topik yang dibahas bisa menjadi sebuah pembelajaran. Saat satu berbicara, yang lain menyimak. Saat satu berbicara, yang lainnya bisa menjadikan pembicaraan itu sebagai tambahan pengalaman hidup. Karena pengalaman hidup tak selalu berasal dari pengalaman pribadi. Pengalaman orang lain pun perlu dijadikan referensi, tetapi terkadang, tidak harus dan tidak perlu selalu.
Dan ketika saling menyuarakan pendapat via grup, selalu mengulang pembahasan yang telah dibicarakan pun tak kalah renyahnya seperti saat berkumpul. Mungkin itu sekaligus alternatif pelepas rindu ketika rasanya selalu ingin bertemu.
Tetaplah menjadi teman yang senang berbagi. Tetaplah menjadi teman dan tempat satu-satunya dimana aku harus menuangkan pikiran matangku. Atau setidaknya, tetaplah menjadi pendengar yang baik ketika solusi tak harus menjadi penghujung yang dibutuhkan.
Senang rasanya mengenal kalian. :)
Beberapa orang mungkin merasa terganggu ketika memiliki banyak teman. Beberapa orang mungkin tak nyaman dengan lingkup sosial yang terlalu luas. Atau mungkin beberapanya, merasa tak senang ketika berada di dalam sekumpulan orang-orang. Dan mungkin sisanya, merasa tak senang ketika harus terlalu banyak bicara.
Rasanya hal tersebut sangat tidak mencerminkan sosok diriku. Bagaimana tidak, meskipun sosok (yang katanya terlihat) pendiam tidak menjadikan diriku seseorang yang antisosial. Karena seharusnya memang tidak boleh atau bahkan jangan sampai semua itu benar-benar terjadi. Untuk sebuah bukti, mari kujelaskan dengan banyaknya grup yang kumasuki untuk menjadi bagian terkecil dari sebuah kumpulan. Adapun memang kelompok pembicaraan itu mewakilkan organisasi, kelompok program kerja, mentoring, kelas perkuliahan, pertemanan maupun grup-grup receh yang berisikan obrolan-obrolan tak ada habisnya untuk dibahas.
Bagiku, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang tugas perkuliahan, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang cafe-cefe terbaru yang layak untuk didatangi, rasanya terlalu klise untuk selalu berucap kata rindu tetapi tak ada usaha untuk kapan harus membayar utang pertemuan.
Sekali lagi. Klise.
Harus diakui, letak obrolan dari grup receh ini memang menjadi penawar dari segala ke-klise-an yang ada.
Ketika saling bertatap muka, kami selalu membahas hal-hal terkecil, hal-hal tak penting dan bahkan hal yang seharusnya tidak perlu untuk menjadi sebuah sub topik tetapi masih berlanjut sampai bercabang menjadi obrolan ke arah yang benar-benar berbobot. Tiap-tiap topik yang dibahas sebisa mungkin mendapat pecahan solusi, atau minimal, sebuah penutup ringan yang memang pantas untuk menjadi sebuah pengakhir pembicaraan. Dari obrolan receh tersebut kami bisa melanjutkan ke arah yang positif. Meski kami memiliki pemikiran yang berbeda-beda, toh topik yang dibahas bisa menjadi sebuah pembelajaran. Saat satu berbicara, yang lain menyimak. Saat satu berbicara, yang lainnya bisa menjadikan pembicaraan itu sebagai tambahan pengalaman hidup. Karena pengalaman hidup tak selalu berasal dari pengalaman pribadi. Pengalaman orang lain pun perlu dijadikan referensi, tetapi terkadang, tidak harus dan tidak perlu selalu.
Dan ketika saling menyuarakan pendapat via grup, selalu mengulang pembahasan yang telah dibicarakan pun tak kalah renyahnya seperti saat berkumpul. Mungkin itu sekaligus alternatif pelepas rindu ketika rasanya selalu ingin bertemu.
Tetaplah menjadi teman yang senang berbagi. Tetaplah menjadi teman dan tempat satu-satunya dimana aku harus menuangkan pikiran matangku. Atau setidaknya, tetaplah menjadi pendengar yang baik ketika solusi tak harus menjadi penghujung yang dibutuhkan.
Senang rasanya mengenal kalian. :)
0 komentar