A Room For Me to Grow Up

20.50

Well, still remembered all the excitement when I was kid about everything when March started. Here I want to share my story about leaving my teen-agers years and starting to the twenties gang. Growing old is something you can't deny. It was wonderful, funny yet full of surprise and it end up with miserable, sometimes. So yup, just take it easy.

Twenty is twenty, you began entered a serious life just now. You're an adult. You have everything you want. In twenty you may found a new freedom, lesson, chances, responsibilites, and experiences. In twenty we believe that we are mature enough, or maybe, just a little bit. It seems growing up is something fun thing back then when I was kid till tenagers, but in 20's, this will never be the same anymore.

Writing this long story short about entering 20 after celebrating birthday with so much love around makes me realized one thing that keeps rolling on my head: you just warming up yourself for facing the world. No, it doesn't means that you don't have parents, family, and friends behind you moreover its like "here's your real world, the war is started, go set yourself and push them all". Even if they are all still there, willing to back you up and help but its not supposed you get. There is only you against the world for the next chapter, obviously its horrifying and worries me but hey its okay if you're still making a lot of mistakes. Just go on baby.
Learning by doing, like they said.

Being 20 means no more having fun  (I mean, who doesn't love of kongkow after a hectic week nowadays?) and playing anymore. So all you gotta do is set your dream high, prepare a new goals, go aim the big stars in the sky and makes your parents proud.
There is some achievement in my 20, first, I've got my scholarship for two semester (please wishing me a tons of luck to make it twice, guys) and the second, selected as a main treasury of Unit Kegiatan Mahasiswa for one period that called "Entrepreneur Club" and...man its really complicated. (for your information, the previous years my position was Research and Development 2). In spite of that I think there is so many friends of mine that able to set the regulation of money, cashflow, making the realization of monthly statement and that kind of stuff about money and whatsoever.
When I asked them why would choose me, they just said "First, you have plus point. Second, you have to implementation for all of those things that you've studied as an accounting students here. Just enough, don't try to ask for more."
Oh man, all people here are majoring Management and Accounting.
And its the same thing. It's just not me anyway.

Deep down in my heart I'm always thank to God that bring me all the greatful and blessing that I could never counting among all the jitters that I had till I'm stepping the 20nd year of my life.

Just like Paulo Coelho said that,
When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.”
And yep, this magic word really hit me.

The truth of being twenty is you just have to strenghten the responsibilities for yourself, build a big relation, do something for your heart, mean it and believe it as well. There is nothing wrong for investing yourself. Let's be busy with making friends, learn new skill, and gain new experience. Then repeat that each step along your daily journey. You have nothing to worried because you can do it all and of course to repay all of the love and kindness (and money, lol) that your parents already sent.
I'm just hoping that 21 would treat me nicely like 20 with another great stuff, friends and everything.

Who would've known.

Travel is

23.45

Travel is the discovery of what and who we miss the most
Travel is discovery the part of yourself that you never knew existed before
Travel is discovery of who misses us the most
Travel is deciding who will be the last call before you take off and the first call after you landed
Travel is that one song in your iPod that will forever remind you of that one somewhere
Travel is learning that the journey is as memorable as the destination
Travel is not being afraid to fall in love with a complete stranger
Travel is where people that you talk to really try to understand what you're trying to say
Travel is realizing the things you cannot live without
Travel is realizing that maybe you know nothing
Travel is meeting you
(Critical Eleven, p334-334)

Travel is having a new experience of something you can share with
Travel is making an appointment with a friends that always waiting you to come
Travel is laugh and joke everything in front of you together till makes your bunny rigid
Travel is needed a quick escape plan sometimes when you feel bored
Travel is considering who you miss the most even when you are always chatting 24/7
Travel is starting to speak with stranger next to your seat in the train
Travel is arranging a good caption for every updates on social media that you fit
Travel is having a quick breakfast (even if its just pop mie) before starting an early morning journey
Travel is put your headset on along the journey to kill the solitude
Travel is choosing a match-comfortable and confusing outfit for everyday  
Travel is following the stream to eat some hits and famous culinary over there
Travel is still thinking the one that you love even when amused enough with the party
Travel is writing some stories that you feel today even if you are in a crowded public transportation
Travel is smiling to everywhere and everyone in front of you just because having a good day
Travel is wishing that silly one over there next to you right now
Travel is capturing a good view and everything around you with a quick snap
Travel is throwing all the deepest secret and confession that you had and feeling satisfied after it
Travel is knowing what's good, what's bad and what's missing for a better experience
And travel is want to listening his sweet voice more than anything in the world..

(Travel, my version)


(Taken by camera phone while waiting the train comes at Gambir Station)

Obrolan receh, katanya..

20.45

| Sebaik-baik kawan ialah mereka yang menambahkan ilmu kamu oleh percakapannya |

Beberapa orang mungkin merasa terganggu ketika memiliki banyak teman. Beberapa orang mungkin tak nyaman dengan lingkup sosial yang terlalu luas. Atau mungkin beberapanya, merasa tak senang ketika berada di dalam sekumpulan orang-orang. Dan mungkin sisanya, merasa tak senang ketika harus terlalu banyak bicara.

Rasanya hal tersebut sangat tidak mencerminkan sosok diriku. Bagaimana tidak, meskipun sosok (yang katanya terlihat) pendiam tidak menjadikan diriku seseorang yang antisosial. Karena seharusnya memang tidak boleh atau bahkan jangan sampai semua itu benar-benar terjadi. Untuk sebuah bukti, mari kujelaskan dengan banyaknya grup yang kumasuki untuk menjadi bagian terkecil dari sebuah kumpulan. Adapun memang kelompok pembicaraan itu mewakilkan organisasi, kelompok program kerja, mentoring, kelas perkuliahan, pertemanan maupun grup-grup receh yang berisikan obrolan-obrolan tak ada habisnya untuk dibahas.
Bagiku, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang tugas perkuliahan, rasanya terlalu klise untuk selalu membicarakan tentang cafe-cefe terbaru yang layak untuk didatangi, rasanya terlalu klise untuk selalu berucap kata rindu tetapi tak ada usaha untuk kapan harus membayar utang pertemuan.
Sekali lagi. Klise.

Harus diakui, letak obrolan dari grup receh ini memang menjadi penawar dari segala ke-klise-an yang ada.

Ketika saling bertatap muka, kami selalu membahas hal-hal terkecil, hal-hal tak penting dan bahkan hal yang seharusnya tidak perlu untuk menjadi sebuah sub topik tetapi masih berlanjut sampai bercabang menjadi obrolan ke arah yang benar-benar berbobot.  Tiap-tiap topik yang dibahas sebisa mungkin mendapat pecahan solusi, atau minimal, sebuah penutup ringan yang memang pantas untuk menjadi sebuah pengakhir pembicaraan. Dari obrolan receh tersebut kami bisa melanjutkan ke arah yang positif. Meski kami memiliki pemikiran yang berbeda-beda, toh topik yang dibahas bisa menjadi sebuah pembelajaran. Saat satu berbicara, yang lain menyimak. Saat satu berbicara, yang lainnya bisa menjadikan pembicaraan itu sebagai tambahan pengalaman hidup. Karena pengalaman hidup tak selalu berasal dari pengalaman pribadi. Pengalaman orang lain pun perlu dijadikan referensi, tetapi terkadang, tidak harus dan tidak perlu selalu.

Dan ketika saling menyuarakan pendapat via grup, selalu mengulang pembahasan yang telah dibicarakan pun tak kalah renyahnya seperti saat berkumpul. Mungkin itu sekaligus alternatif pelepas rindu ketika rasanya selalu ingin bertemu.

Tetaplah menjadi teman yang senang berbagi. Tetaplah menjadi teman dan tempat satu-satunya dimana aku harus menuangkan pikiran matangku. Atau setidaknya, tetaplah menjadi pendengar yang baik ketika solusi tak harus menjadi penghujung yang dibutuhkan.

Senang rasanya mengenal kalian. :)

Sepucuk Surat Untuk Anakku Nanti

12.16

Sabtu, 26 September 2015
02.05

Sayangku, mungkin ini terlalu dini...
Bukan bermaksud sudah lelah dari semua hiruk pikuk perkuliahan di tahun kedua ini.
Bukan sedang dalam keadaan ingin menyudahi semua kepadatan yang dijalani hari ke hari.
Ini adalah surat pertamaku, untukmu.

Sayangku, tahukah kamu bahwa Ibu baru saja menyelesaikan tugas di perkuliahan hingga selarut ini?
Bisa dikatakan Ibu sedang belajar menjalankan sebuah amanah, sejauh mana Ibu akan bisa mengemban sebuah tanggung jawab. Baik dari hal yang sepele pun yang terhitung sangat penting.
Setidaknya Ibu kini belajar memupuk bibit tanggung jawab untuk bagaimana cara mengurus, membesarkanmu dan menjagamu ketika kau sedang tak bisa tidur di satu malam ataupun ketika kau sedang merasa sakit hingga harus menjagamu sampai selarut mungkin pada suatu hari nanti.

Sayangku, tahukah kamu bahwa cita-cita Ibu sejak kecil selalu berkaitan dengan seorang anak?
Semasa berseragam merah putih, Ibu ingin menjadi seorang dokter anak. Semasa berseragam putih biru, Ibu ingin menjadi seorang psikolog anak. Semasa berseragam putih abu-abu, Ibu ingin menjadi seorang Guru Sekolah Dasar. Namun nasib berkata lain, kini Ibu telah mendalami ilmu ekonomi.
Bayang-bayang menjadi tenaga pengajar pun kandas.
Setidaknya pilihlah Ibu untuk menjadi guru pribadimu. Ibu akan mengajari sekuat dan secerdas mungkin untuk mendidikmu menjadi anak yang berbudi lagi berakhlak baik. Belajarlah nak, jadilah orang pandai. Agar kau bermanfaat untuk orang-orang di sekitarmu pada suatu hari nanti.

Tahukah kau anakku, ketika tulisan ini diam-diam mendikte pikiran. Yang terpikirkan bukan hanya dirimu, tetapi juga Ibu dari Ibumu ini. Beliau adalah sosok yang sangat tangguh, penuh kasih sayang, berprinsip tinggi dan berideologi kuat. Tek jemunya ia untuk mengajarkan betapa pentingnya agama serta hal-hal kecil seperti mengucap maaf, tolong, dan terima kasih kepada orang lain. Beliau sosok yang akan marah ketika anaknya lalai dalam sholatnya. Beliau sosok yang akan merasa paling sedih ketika anaknya dalam keadaan terpuruk sekaligus paling bahagia ketika kabar baik dari sebuah prestasi yang diterimanya. Kelak sosok yang sedemikian itulah yang ingin Ibu teladani.

Anakku, sebelum kita sempat bertemu izinkan Ibu untuk mengucap terima kasih kepadamu. Sosokmu yang baru sebatas bayang-bayang di pikiran mengajarkanku untuk selalu mengucap syukur dan berjuang demi menghasilkan segala sesuatu yang terbaik.
Pertama untuk Ibu yang sudah membesarkan Ibumu dan kedua itu untuk motivasimu.
Agar kelak, nanti Ibu bisa dengan bangganya menceritakan pencapaian apa saja yang sudah diraih. Tak kelak agar kau menjadi seorang anak yang membanggakan bagi kedua orang tuamu. 
Sayangku, izinkan Ibu untuk berkonsentrasi dengan pendidikan ini. Mungkin lima atau enam tahun dari sekarang Ibu baru bisa bertemu dengan ayahmu. Ayah yang dengan kerendahan hatinya menerima kekurangan dan kelebihan Ibu, dengan segala jerih payahnya rela membangun masa depan bersama Ibu dan menjadikan pelukan anak Ibu sebagai obat penghilang lelah paling mujarab setelah ia pulang bekerja.

Mungkin ini hanya menjadi pesan kosong yang belum dibaca penerimanya. Namun ketahuilah sayangku, aku sangat menyayangimu jauh sebelum kau ada di dunia dan bahkan belum menemui sesosok calon ayahmu saat ini.
Salam sayang untukmu.